Tugas PTIK Pertemuan Ke-4
Nama : Reza Kurniawan
NIM : 12200012
Kelas : 12.1B.11
Mata Kuliah : Pengantar Teknik Informatika Dan Informasi
Nama Dosen : Sepriandi Parningotan S.T.,M.T.
SURABAYA, kabarbisnis.com: Dalam lima tahun terakhir penetrasi teknologi Artificial Intrlligence (AI) dan big data buatan lokal mulai mendapat tempat di industri dalam negeri.
Hal ini pula yang mendorong sejumlah perusahaan pengembang (developer) big data nasional untuk terus melakukan sosialisasi mengingat kualitas dan kemampuan AI maupun big data nasional sudah sejajar dengan produk luar negeri.
Hal ini dikemukakan Direktur PT Envy Technologies Indonesia Tbk, Henk Mahendra MSC di sela ”Konferensi Big Data Indonesia 2019” di Surabaya, Selasa (19/11/2019).
Konferensi Big Data Indonesia merupakan kegiatan konferensi big data tahunan di Indonesia yang diselenggarakan oleh Komunitas Big Data Indonesia, idBigData, yang berkerjasama dengan berbagai vendor teknologi, perusahaan pengguna big data, pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan komunitas.
Dikatakan Mahendra, penerapan AI dan big data lokal oleh industri maupun lembaga nasional yang mengandalkan produk digital mengalami perkembangan signifikan.
"Jika pada lima tahun lalu TKDN big data masih kecil, atau bisa dikatakan ketergantungan pada big data buatan luar negeri bisa menguasai sekitar 95 persen, saat ini bisa ditekan tinggal 25 persen. Artinya TKDN AI dan big data kita sudah sekitar 75 persen," ungkap Mahendra.
Menurutnya, selain harganya yang jauh lebih terkangkau dibanding dengan menggunakan big data luar negeri, semangat untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional termasuk dari sisi cyber security juga lebih terjamin jika menggunakan big data lokal.
Apalagi, jika pengguna akan melakukan pengembangan, ketika memakai AI dan big data asing, tentunya akan terikat dengan kewajiban untuk menggunakan konsultan atau lisensi asing, yang notabene harganya tinggi.
"Jangan khawatir, teknologi AI kita sudah bisa disejajarkan dengan produk luar negeri kok, dan yang paling penting, efisiensi biaya perusahaan jauh lebih bisa ditekan," ujar Mahendra.
Oleh karena itu, pihaknya terus gencar melakukan sosialisasi dengan menggandeng sejumlah perguruan tinggi dan penggiat big data di Tanah Air, sehingga akan menjadi trigger dan pendorong bagi industri dalam negeri dan mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Salah satu upayanya adalah dengan dilakukannya kerja sama antara PT Envy Technologies Indonesia Tbk dengan SOLUSI247 atau disingkat S247 yang juga dilakukan di sela kegiatan Konferensi Big Data Indonesia tersebut.
Menurut Mahendra, kerja sama tersebut bertujuan untuk mendesain, mengembangkan dan mengimpiementasikan teknologi Big Data ber-Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence), IoT (Internet of Thing), teknologi Biockchain, Big Data Cyber Security (Keamanan Siber untuk Big Data), serta untuk mempromosikan hasil produk-produk kerjasama tersebut di negara=negara anggota ASEAN bersama Indonesian Big Data for Sustainable Well Being Initiative.
Envy Data Driven Solution sendiri menyediakan infrastruktur data, persiapan dan integrasi data, platform data, visualisasi data, dan analisis data dengan teknologi keamanan data dan kecerdasan buatan terkini untuk menemukan wawasan yang dapat memiliki dampak bisnis yang nyata dan positif seperti; meningkatkan operasional bisnis, peningkatan kinerja, dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
Sementara S247 merupakan perusahaan penyedia lT Solution dari Indonesia yang berbasis di Jakarta dan berfokus pada pemrosesan data skala besar, sistem manajemen basis data relasional (RDBMS), dan pemrosesan file data paralel dan terdistribusi secara masif.
Mahendra menjelaskan, kombinasi antara Big Data dan keahlian untuk menganalisis data akan membantu perusahaan dalam menemukan kunci untuk meningkatkan akurasi dalam analisis masalah bisnis dan efektivitas dalam berbagai keputusan strategi bisnis.
Dari sisi big data, Indonesia dipandang sebagai salah satu pasar di Asia yang potensial tumbuh signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Sejumlah sektor industri diyakini sangat akrab dengan teknologi Ai dan big data, seperti telekomunikasi, perbankan dan finansial, ritel, kesehatan, dan sebagainya.
(Sumber : https://www.kabarbisnis.com/read/2895883/teknologi-ai-dan-big-data-lokal-mulai-dilirik-industri-dalam-negeri)
2. Studi Kasus Peralihan atau Penerapan Artificial Intelligence dan Big Data pada Industri di Indonesia
BANDUNG, itb.ac.id – Revolusi industri 4.0 menjadi topik yang sangat menarik dibahas saat ini. Era tersebut ditandai dengan munculnya Internet of Things (IoT), big data, artificial intelligence, cloud computing, block chain, dll. Pada Studium Generale KU-4078 Rabu (27/3/2019), Rektor Institut Teknologi Bandung Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA., membahas mengenai apa itu “Revolusi Industri 4.0”.
Penyampaiannya dibuka terlebih dulu dengan cerita Prof. Kadarsah pergi ke sebuah pabrik di Shanghai, Tiongkok yang membuat elemen solar cell. Menariknya, kata Rektor, di dalamnya sepi dari aktivitas manusia yang bekerja, yang ada hanyalah robot-robot atau mesin. Peran manusia hanya sebagai operator saja. Kegiatan produksi di pabrik tersebut dilakukan secara otomatisasi. Cerita tersebut merupakan salah satu contoh yang terjadi di revolusi industri 4.0, yang dicirikan adanya keterkaitan antara cyber physical system, IoT dan networks.
Berdasarkan sejarahnya, dijelaskan Rektor, revolusi industri dimulai dengan ditemukannya mesin uap sekitar tahun 1784. Lalu seiring perkembangan zaman, kebutuhan akan produksi semakin meningkat maka ditemukanlah sebuah alat proses produksi massal yang menjadi tanda dimulainya industri 2.0 sekitar tahun 1870.
Ia menambahkan, tahapan selanjutnya dalam industri 3.0 ialah kehadiran komputer. Proses produksi pun menjadi berubah. Baru kemudian, hari ini industri 4.0 ditandai dengan hadirnya jaringan siber, IoT, ditambah internet. Mesin yang satu dengan yang lain bisa saling terhubung karena ada jaringan.
“Ada beberapa poin di sana, dalam peralihan revolusi industri 1.0 ke 2.0 ialah bergantinya pekerjaan berbahaya dan berat dari manusia oleh mesin. Kemudian pada industri 3.0, proses pekerjaan yang berulang digantikan oleh mesin dan menggunakan sistem komputerisasi. Lalu pada industri 4.0, ditandai dengan revolusi digitalisasi. Mesin digantikan oleh artificial intellegence (AI). Tadinya manusia yang berpikir, sekarang robot yang berpikir, dan ini akan sangat banyak terjadi di masa yang akan datang,” ujarnya.
Dalam paparannya, Rektor menyampaikan mengenai berbagai prediksi yang akan terjadi di masa depan di era industri 4.0. Misalnya pada 2030, diprediksi akan banyak pekerjaan yang muncul, yang belum pernah ada sebelumnya. Hal ini sebagaimana terjadi di zaman sekarang dengan kehadiran Go-Jek, Bukalapak dan start up lainnya. Untuk itu Rektor berpesan kepada mahasiswa ITB agar menguasai coding (bahasa pemrograman) karena itu akan dibutuhkan di masa yang akan datang.
Di sisi lain, perkembangan teknologi yang cepat ternyata memberikan dampak pada sektor ekonomi. Di zaman sekarang jangka waktu untuk mencapai 100 juta pelanggan lebih cepat dengan kehadiran internet. Sebagai gambaran, telepon butuh 75 tahun untuk mencapai 100 juta pelanggan, web butuh 7 tahun, facebook 4 tahun, instagram 2 tahun, dan Pokemon Go hanya dalam 1 bulan sudah bisa meraih 100 juta pelanggan.
“Mengacu pada prediksi tersebut, maka perubuhan pekerjaan di masa yang akan datang akan dipengaruhi oleh setidaknya lima faktor yaitu ekonomi, teknologi, regulasi, sosiologi dan demografi,” ucap Rektor.
Untuk itu, dalam rangka menjawab tantangan tersebut, Rektor berpesan, kepada mahasiswa harus menguasai minimal satu bahasa asing dengan baik, karena mobilitas yang semakin tinggi di zaman sekarang. “Kemudian harus punya network, mampu bekerja lintas disiplin, menjadi jiwa entrepreneur, harus tahan banting, bergerak terus dan selalu mengembangkan diri,” ujarnya.
(sumber : https://www.itb.ac.id/news/read/57037/home/memahami-berbagai-perubahan-di-era-revolusi-industri-40)
3. Carilah Jurnal terkait Artificial Intelligence dan Big Data pada Industri dan Buatlah Kesimpulan, Saran, Keuntungan dan Kerugian hasil Penelitian yang terdapat pada Jurnal tersebut pada Blog Pribadi Anda, sertakan Link Jurnal tersebut.
Kesimpulan :
Dalam beberapa tahun ini industri dalam negeri sudah menerima dan menerapkan Teknologi Artificial Intrlligence (AI) dan Big Data buatan lokal. Karena hal ini banyak perusahaan pengembang (developer) big data nasional untuk terus melakukan sosialisasi mengingat kualitas dan kemampuan AI maupun big data nasional sudah sejajar dengan produk luar negeri.
Saran :
Seharusnya didalam jurnal tersebut diberikan contoh gambar AI dan Big Data yang diterapkan di indonesia, tujuannya agar pembaca tau contoh gambar AI dan Big Data yang diterapkan di indonesia.
Keuntungan :
1. Terdapat cerita perjalanan Prof. Kadarsah pergi ke sebuah pabrik di Shanghai, Tiongkok yang membuat elemen solar cell.
2. Terdapat contoh-contoh AI dan Big Data yang sudah di terapkan di Indonesia seperti Go-Jek, Bukalapak dan start up lainnya.
3. Terdapat penjelasan awal mula dimulainya rovolusi industri beserta tahapan-tahapannya.
4. Terdapat perbandingan persentase ketergantungan terhadap Big Data buatan luar negeri dan buatan indonesia.
5. Terdapat prediksi di masa depan akan banyak pekerjaan yang muncul, yang belum pernah ada sebelumnya.
6. Terdapat contoh sektor industri yang diyakini sangat akrab dengan teknologi Ai dan big data, seperti telekomunikasi, perbankan dan finansial, ritel, kesehatan, dan sebagainya.
7. Terdapat penjelasan tentang kualitas dan kemampuan AI maupun big data nasional yang sudah sejajar dengan produk luar negeri.
Kekurangan :
1. Tidak di berikan contoh gambar AI dan Big Data yang di terapkan di Indonesia.
2. Tidak di jelaskan secara detail tahun berapa AI Dan Big Data mulai di terima dan di terapkan di Indonesia.
3. Tidak terdapat jenis-jenis AI dan Big Data apa saja yang di terapkan di Indonesia.
4. Tidak di jelaskan secara detail alur penerapan AI dan Big Data di Indonesia dan apa saja yang di perlukan dalam membangun atau menerapkan AI dan Big Data tersebut.
Komentar
Posting Komentar